Serpihan Hati....

Apa yang kubisa, hanyalah mencuri jejak-jejak kenangan...
Apa yang hatiku miliki adalah serpihan-serpihan dari masa lalu...

Minggu, 07 Agustus 2011

Aira di hati Christian..




“Aira dah minum obat?”
“Belum kakak, entar aja yah’’
“Kok gitu?”
“Males…”
“Kakak ga suka Aira bilang gitu”
“Tapi Aira capek Kak… aira pengen sehari saja merasakan hidup tanpa merasa sebagai orang sakit”

Sepenggal percakapan di sore yang hampir gelap, saat itu aira sedang bermain-main dengan debur ombak yang mengejar langkahnya, sambil sesekali teriak ketika kakinya di jilati buih pantai. Sore itu aku sedang memancing di kolam milik sahabat, sekedar melepas penat dari segala rutinitas kampus. Tak kubiarkan ponselku berdering lama ketika melihat nama aira menari-nari disana. Selalu ada daya yang kuat menarikku untuk tidak mengabaikan gadis yang kukenal lewat Facebook beberapa bulan lalu. Tak pernah bertemu langsung dengannya bukan halangan untukku menyayanginya.

“Kak, kerangnya cantik-cantik loh…”
“Buat apa aira?”
“Aira mau buatin gelang untuk kakak”

Ada yang terasa sakit di hati, mengenang janji itu. Suaranya manja, setiap kata yang terucap mampu mengikat rasa sayangku padanya. Senandungnya yang merdu saat kami tak punya bahan saat berbincang di telpon.

“Rasa takut kehilanganmu kini menjelma menjadi nyata, kutak bisa menghidar mungkin cintaku t’lah usang… Kucoba tersenyum saat kau pergi, meski lara hati menangis melepasmu… andaikan kau tau betapa aku masih mencintamu… ingin rasanya aku memelukmu, untuk terakhir kali sebelum angkau pergi… namun kutakut tak mampu menahan airmataku…” ***)

Masih terdengar dengan jelas bait-bait itu gadisku dendangkan. Dia adik manisku, yang kini aku rasa aku menyayanginya lebih dari itu. Celoteh manjanya menghangatkan malam-malamku saat insomnia bermain catur di kepalaku. Bidak-bidak syaraf berlompatan mengeja  A.. i.. r.. a.. gadisku yang manja. Tak pernah bosan bahkan hingga ujung malam suara masih penuh semangat menceritakan kesukaannya pada dunia luar yang setahun lebih tak pernah lagi di jajakinya, semenjak ada sesuatu yang tumbuh dan menyakiti kepalanya.

********************

“Dilangit banyak bintang, suka skali… kelak aku akan menjadi bintang… menandangi orang-orang yang kusayang dari atas sana”
“Bagi kakak, aira telah menjadi bintang dihati kakak”
“Heemmm… gombal”
“Beneran deh aira, percayalah”
“Kak,.. sepertinya aira masih punya utang yah?”
“Utang apa?”
“Sebuah lagu… kan kemaren aira kalah taruhan bola ma kakak”
“Bayarnya kapan-kapan aja klo aira dah siap”
“Aira pengen bayar sekarang aja, mumpung ada kesempatan”

Entah mengapa sakit menusuk mendengar dendang aira malam itu, seperti ada Massage yang terselip di barisan nada yang mengalirkan senyap di ujung malam itu. Sepertinya tak ingin waktu melaju pergi.

“… ingin rasanya aku memelukmu, untuk terakhir kali sebelum angkau pergi… namun kutakut tak mampu menahan airmataku…”

Sejenak hening setelah bait terakhir usai. Sepertinya ada isakan lirih di seberang telepon, dan aku pun tak kuasa berkata. Tak menemukan kata yang tepat untuk membuka ruang senyap yang menyelimuti komunikasi malam itu.

“Aira…”
“Iya kak”
“Kakak ga suka kalau mulai pesimis lagi… pokoknya kakak yakin, dan ingin aira sembuh”
“Maaf, kakak jangan marah”

Ada sesal ketika akhirnya memutuskan menutup telepon, mangapa menuruti rasa kesal. Aku tak pernah suka jika aira merasa lemah untuk melawan sel-sel jahat yang tumbuh di kepalanya.

****************

“She is gone”
“maksudnya?”
“Aira sudah pergi”
“Jangan bercanda”
“Aku lebih sakit dengan kenyataan ini, jadi untuk apa bercanda dengan kabar duka ini”

Mungkin pantas dikatakan cengeng jika pagi itu kaca-kaca pecah dimataku mendengar kabar itu. Tak ingin percaya tapi, duplikat aira yang mengabarkan. Laura tak mungkin bohong tentang duka ini. Benar-benar ada yang hilang, rasanya seperti ada lubang di hati.

Aira…. Maaf kakak belum sempat bilang sayang… maaf karena prcakapan terakhir tak meninggalkan kesan yang indah untukmu… maaf untuk semua yang tak sempat kakak tepati untuk kamu… termasuk perjumpaan itu… maaf…
Selamat jalan Aira..KaK yakin Tuhan merangkulmu dalam tenang dan damai kasihnya... Tidurlah dengan senyuman disana bersama bintang dilangit...Gelang kerang laut itu kan jadi kenangan abadi Kak dari aira..Maafkan KaK ya yg gak sempat memenuhi janji-janji yg pernah ada....Doa kami bersamamu.We will Miss u Aira...

***@song Lara hati by laluna... 
…. Kisah yang tak sanggup aku lanjutkan…. By dedes….